
Jakarta, CNBC Indonesia – Pemerintah menargetkan investasi di sektor energi baru terbarukan (EBT) pada 2021 ini naik menjadi US$ 2,05 miliar atau sekitar Rp 28,9 triliun (asumsi kurs Rp 14.100 per US$) dari capaian investasi pada 2020 yang sebesar US$ 1,36 miliar atau sekitar Rp 19,2 triliun.
Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Dadan Kusdiana mengatakan peningkatan target investasi sektor EBT pada tahun ini dikarenakan adanya ekspansi dan pembangunan sejumlah pembangkit listrik berbasis EBT.
Peningkatan investasi ini juga sebagai upaya mencapai porsi bauran energi baru terbarukan menjadi sebesar 14,5% pada 2021 dari 11,51% pada 2020.
“Investasi 2021 ada sedikit ekspansi, peningkatan kualitas, jadi investasi 2021 targetnya lebih tinggi,” ujarnya saat konferensi pers, Kamis (14/01/2021).
Dia mengatakan, target investasi US$ 2,05 miliar pada 2021 berasal dari panas bumi sekitar US$ 0,73 miliar, bioenergi US$ 0,07 miliar, aneka EBT US$ 1,24 miliar, dan konservasi energi sebesar US$ 0,01 miliar.
Sementara penambahan kapasitas pembangkit listrik berbasis EBT pada 2021 ini ditargetkan mencapai 905,73 mega watt (MW) menjadi 11.373 MW dari 10.467 MW pada 2020.
Tambahan kapasitas pembangkit listrik berbasis energi terbarukan pada tahun ini terdiri dari Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) 196 MW, Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) 557,93 MW, Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) 138,8 MW, dan Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa (PLTBio) 13 MW.
Namun sayangnya dari sisi Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) sektor energi baru terbarukan pada 2021 diperkirakan turun menjadi Rp 1,44 triliun pada 2021 dari Rp 1,96 triliun pada 2020. Realisasi penerimaan pada 2020 itu lebih tinggi dari target Rp 1,34 triliun karena adanya pergeseran projek.
sumber: cnbcindonesia.com