Jakarta: Pemerintah mengandalkan pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) sebagai tumpuan untuk mencapai target bauran energi baru terbarukan (EBT) di 2025.
Menteri ESDM Arifin Tasrif mengatakan energi surya merupakan salah satu sumber energi terbarukan yang terbesar di Tanah Air. Sebagai negara tropis, Indonesia dianugerahi oleh intensitas sinar matahari yang tinggi dan bisa diubah menjadi energi.
“Kami harapkan PLTS dapat memberi kontribusi signifikan dalam target pencapaian bauran EBT nasional,” kata Arifin saat memberikan sambutan dalam acara komitmen Pertamina Dorong Percepatan Transisi Energi, Jakarta, Jumat, 18 Desember 2020.
Selain memiliki potensi yang cukup besar, pembangunan PLTS juga relatif singkat sehingga harga listrik yang dihasilkan bisa semakin murah. Arifin mengatakan Kementerian ESDM telah menerbitkan Peraturan Menteri ESDM Nomor 48 Tahun 2018 terkait pembangunan PLTS Atap (rooftop solar panel).
Dengan adanya Pemen tersebut memungkinkan bagi rumah tangga yang ingin membangun PLTS Atap dan bisa melakukan jual beli listrik dengan PT PLN (Persero) jika terdapat kelebihan daya. Untuk mencapai bauran 23 persen di 2020 di sektor ketenagalistrikan, tenaga surya memiliki kontribusi sumbangan daya sebesar 6.500 megawatt (MW).
Sebelumnya, Ketua Asosiasi Energi Surya Indonesia (AESI) Andhika Prastawa mengatakan dibutuhkan tambahan kapasitas daya terpasang pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) sebesar 1.000 MW setiap tahun.
Saat ini kapasitas terpasang PLTS di seluruh Indonesia masih kurang dari 200 MW. Artinya masih ada selisih atau gap yang sangat besar untuk bisa mencapai target lima tahun mendatang.
“Dengan dibagi rata maka dalam lima tahun mendatang mungkin lebih dari 1.000 MW harus terpasang setiap tahun agar mencapai target 6.500 MW,” kata Andhika.
sumber: medcom.id
INDONESIA GREEN ENERGY 