Inggris Berkomitmen Kurangi Emisi Gas Rumah Kaca

Pemandangan di salah satu sudut kota London, Inggris. (AFP)

London: Inggris sebagai Presiden COP26 (KTT Perubahan Iklim) bersama Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan Prancis menyelenggarakan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Ambisi Iklim tingkat pemimpin secara virtual pada 12 Desember lalu. KTT Ambisi Iklim digelar tepat pada peringatan lima tahun Perjanjian Paris, dalam kemitraan dengan Chile (sebagai Presiden COP25) dan Italia (mitra COP26 Inggris).

Sebanyak 75 pemimpin dunia, pelaku bisnis, dan masyarakat sipil turut menghadiri acara tersebut. Mereka yang hadir di antaranya Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres, Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau, PM India Narendra Modi, Paus Fransiskus, dan lainnya.

Meski COP26 harus ditunda hingga 2021 karena pandemi virus korona (covid-19), aksi iklim tidak bisa menunggu. KTT Ambisi Iklim menunjukkan urgensi untuk bekerja memenuhi Komitmen Perjanjian Paris.

Para pemimpin dari negara-negara dengan komitmen ambisius berbicara di acara tersebut — termasuk dari Inggris, Prancis, Tiongkok, India, Kamboja, Korea Selatan, Singapura, Jepang, Myanmar, dan lainnya.

Pemerintah Inggris membuat dua komitmen besar. Pertama, mengurangi setidaknya 68 persen emisi gas rumah kaca pada 2030 dibanding level 1990. Laju pengurangan emisi ini merupakan yang tercepat dari ekonomi besar mana pun di dunia.

Kedua, mengakhiri dukungan Inggris untuk proyek bahan bakar fosil di luar negeri secepat mungkin, karena London akan memfokuskan dukungan untuk membantu transisi ke energi rendah karbon. Dukungan ini sebelumnya berasal dari para pembayar pajak Inggris.

KTT Ambisi Iklim terbuka bagi para pemimpin yang ingin menunjukkan komitmen serius dalam isu iklim, termasuk Kontribusi yang Ditentukan Secara Nasional (Nationally Determined Contributions / NDC) untuk mengurangi emisi gas rumah kaca, strategi untuk mencapai Nol Bersih, janji pendanaan iklim dan rencana inovatif untuk beradaptasi dan membangun ketahanan terhadap perubahan iklim. Mewajibkan komitmen baru untuk berbicara merupakan sinyal bagi dunia bahwa waktunya telah tiba untuk mengubah teori menjadi sebuah aksi.

“Akhirnya, aksi perubahan iklim dari banyak negara di kawasan mulai mencerminkan urgensi saat ini,” ujar Duta Besar Inggris untuk Indonesia dan Timor Leste Owen Jenkins, dalam keterangan tertulis yang diterima Medcom.id pada Selasa, 15 Desember 2020.

“Pertama, komitmen untuk mengakhiri kontribusi terhadap perubahan iklim. Target “nol-bersih” telah meningkat; China pada 2060, Jepang, dan Korea Selatan pada 2050. Negara-negara yang bergabung dalam upaya nol-bersih baru berarti bahwa lebih dari setengah emisi global sekarang tercakup dengan komitmen nol bersih, dan Presiden terpilih Amerika Serikat Joe Biden berharap AS akan bergabung dengan jumlah ini,” sambungnya.

Badan Energi Internasional (IEA) memperkirakan bahwa pada 2025, energi baru terbarukan akan menjadi sumber pembangkit energi terbesar di dunia. Menurut Dubes Jenkins, waktu untuk penggunaan batu bara baru telah berakhir.

“Filipina telah mengumumkan penghentian batu bara, Bangladesh dan Vietnam sedang meninjau rencana mereka. Ketiga negara tersebut sebelumnya berada di 10 negara teratas karena memiliki rencana untuk mengembangkan listrik yang dihasilkan batu bara,” tutur Dubes Jenkins.

“Energi matahari akan menjadi raja baru listrik dunia – lebih murah daripada batu bara atau gas di kebanyakan negara. Jadi, ada alasan untuk optimis. Namun kami masih jauh dari memenuhi Komitmen Paris untuk terus menaikkan suhu global hingga 1,5 derajat Celcius,” lanjutnya.

“Kami berharap Indonesia akan memperkuat komitmen dan tindakannya sebelum COP26 tahun depan, bergabung dengan upaya global baru ini, dan kami siap mendukung upaya ini,” tutur dia.

Sementara PM Inggris Boris Johnson mengatakan, “perubahan iklim adalah salah satu tantangan global terbesar di zaman kita, dan hal ini sudah menelan korban jiwa dan mata pencaharian di seluruh dunia.”

“Tindakan kita sebagai pemimpin harus didorong bukan oleh rasa takut atau kewaspadaan, tetapi oleh ambisi dalam skala yang teramat besar,” ungkapnya.

Alok Sharma, Presiden COP26, mengatakan bahwa Perjanjian Iklim Paris lima tahun lalu telah menjadi awal harapan bagi Bumi dalam menghadapi perubahan iklim.

“Komitmen hari ini dengan jelas akan menunjukkan bahwa kita sedang memasuki era baru – salah satu peningkatan ambisi iklim dan tindakan nyata. Para pemimpin dunia yang berkumpul untuk KTT ini berbagi tanggung jawab yang besar. Kami tahu bahwa pilihan yang kami buat hari ini hanyalah awal dari apa yang perlu dilakukan,” pungkasnya.

sumber: medcom.id

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s