
TEMPO.CO, Jakarta – Produsen mobil mewah Mercedes-Benz mengubah kebijakannya dengan mengambil sikap lebih selektif dalam mencari pemasok bahan baku baterai mobil listrik yakni kobalt dan lithium.
Pabrikan Jerman itu mungkin akan menghentikan pasokan bahan baku baterai mobil listrik dari negara-negara yang dianggap berisiko.
“Kami akan menginstruksikan pemasok baterai supaya mendapatkan kobalt dan lithium dari lokasi penambangan bersertifikat di masa mendatang,” kata Markus Schafer, anggota Dewan Manajemen Daimler dan Mercedes-Benz AG, dalam suaran pers yang dikutip hari ini, Jumat, 13 November 2020.
Selama ini negara asal bahan baku baterai mobil listrik yang dipandang berisiko tinggi sengaja tidak dikecualikan sebagai sumber pasokan. Pendekatan ini untuk memperbaiki situasi lokal bagi orang-orang yang bekerja di sana dan untuk memperkuat hak-hak mereka.
Mercedes-Benz AG mengikuti rekomendasi dari organisasi nonpemerintah, pemerintah, dan kelompok kepentingan terkait lainnya agar tidak menarik diri dari negara-negara berisiko tinggi tadi.
Kini, Mercedes-Benz telah melakukan audit rantai pasokannya dan tunduk pada pedoman Organisasi Pembangunan dan Kerjasama Ekonomi (OECD). Mercedes hanya akan menerima kobalt dan lithium dari sumber bersertifikat.
Mercedes-Benz juga berencana menggunakan teknologi pasca-litium-ion dengan komposisi material baru untuk sepenuhnya menghilangkan material seperti kobalt dalam baterai mobil listrik.
Optimalisasi lebih lanjut dari daur ulang dan penerapannya di Mercedes-Benz merupakan bagian dari strategi baterai holistik.
“Kami ingin produk kami hanya mengandung bahan baku yang telah ditambang dan diproduksi tanpa pelanggaran HAM,” kata Renata Jungo Brüngger, anggota Dewan Manajemen Daimler AG dan Mercedes-Benz Bidang Integritas dan Hukum.
sumber: tempo.co