Energi Terbarukan Hanya Alternatif, Bukan Pengganti BBM

Ilustrasi pembangkit listrik alternatif sebagai upaya pemanfaatan Energi Baru Terbarukan (EBT)

Pengamat ESDM, Ferdy Hasiman menanggapi pemerintah yang menggalakkan penggunaan energi bersih terbarukan. Ia menilai, energi terbarukan bisa menjadi salah satu alternatif bukan menggantikan total bahan bakar minyak (BBM) di sektor transportasi.

“Saya kira ini salah satu alternatif bukan mengganti total, secara teoritis saya tidak percaya mengganti total BBM ke yang lain-lain,” kata Ferdy saat dihubungi Tagar, Minggu, 8 November 2020.

Mobil listrik bisa dijadikan alternatif agar masyarakat tidak mengggunakan bensin atau solar yang berasal dari minyak.

Mungkin, kata Ferdy, penggunaan energi bersih bisa dibagi-bagi sehingga proporsional. Misalnya sekarang penggunaan energi bersih sebesar 25 persen ditingkatkan menjadi 30 persen, dalam artian penggunaan BBM atau batu bara tetap berkurang di sektor transportasi.

“Jadi di transportasi kalau biodiesel sudah bisa digunakan perusahaan-perusahaan tambang, kan itu percobaan pertama biodiesel ya, B30 dengan B20, itu kan ada di perusahaan-perusahaan tambang,” ucap Ferdy. 

Kalau penerapan tersebut berhasil menurutnya, bisa diekspansi ke tempat lain. “Mungkin ada pengecualian,  misalnya sektor industri pemerintah membuat kebijakan menggunakan B30 atau B20, sehingga secara perlahan akan mengurangi ketergantungan kepada BBM tetapi tidak total, itu hanya bisa mengkover 20-30 persen saja,” ucapnya.

Selain itu, kata dia, di sektor transportasi dengan adanya mobil listrik bisa dijadikan alternatif agar masyarakat tidak mengggunakan bensin atau solar yang berasal dari minyak. Program mobil listri tersebut perlu didorong lantaran dinilai lebih murah dan ramah lingkungan.

“Negara-negara Eropa sekarang sedang mengejar itu juga, Rusia, Jerman, Inggris, tetapi  mereka tidak punya suplai  bahan mentah. Indonesia  punya keunggulan (competitiveness), menguasai sekitar 27-34 persen cadangan nikel dunia,” ujar Ferdy.

 Ferdy menambahkan, diharapkan ke depannya kalau memang ekspansi ke sana, pemerintah harus mengatur baik produksinya hingga tata niaganya. Sebab, kalau tidak diatur produksinya bisa berbahaya.

“Jadi produksinya akan diatur secara nasional. Ini memang  bisa berpengaruh karena kita pelan-pelan mengganti BBM, tetapi tidak 100 persen,” tutur Ferdy. []

sumber: tagarnews.id

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s