
Bandung – Memiliki pengalaman mampu lepas dari krisis air limbah pada 1960-an, Denmark mencoba menerapkannya di Sungai Citarum. Salah satu yang mereka soroti terkait instalasi pengelolaan air limbah (IPAL) di pabrik yang berada di sekitar Sungai Citarum.
Hal itu disampaikan Head of Tread dari Kedutaan Besar Denmark untuk Indonesia Jacob Kehl Jepsen saat mengunjungi salah satu perusahaan pengolah limbah di Kabupaten Bandung, PT Mitra Citarum Air Biru (MCAB) pada Senin (26/10/2020).
“Saya dari Duta Besar Denmark di Jakarta. Hari ini kita treatment plan, kita mencari tahu soal sistem reverse water. Kita cari tantangan dan kesempatan untuk melihat langsung di sini. Sejak Jumat kita berdiskusi dengan sangat baik. Kita coba untuk memberikan solusi berbeda untuk waste water treatment (penanganan air limbah) untuk industri dan juga tingkat rumah tangga,” kata Jepsen kepada wartawan.
Jepsen menjelaskan, krisis air bersih sempat dialami oleh negara Skandinavia itu pada 1960-an. Akhirnya, Pemerintah Denmark memutuskan untuk mencoba sebuah sistem pengelolaan air limbah menjadi air bersih dan dinilai berhasil hingga sekarang.
Oleh karena itu, kata Jepsen, dirinya mewakili negaranya tersebut untuk mencoba mengidentifikasi apa yang menjadi tantangan bagi pengelolaan limbah di Sungai Citarum. Dan sejauh mana, sistem pengolahan negaranya dapat diterapkan.
“Ini adalah isu yang besar dan rumit untuk dipecahkan. Dan Denmark sudah melalui ini sejak 1960. Sekarang kita punya komunitas dan kita bertukar pikiran tentang kualitas air. Dan (sekarang) kita minum dari itu, dan itu membutuhkan biaya yang besar, bukan hal yang gratis. Kita tahu level air (Sungai Citarum) semakin menurun dan itu tantangan untuk memperbaiki sistem air di sini,” terangnya.
“Air bukan hanya sesuatu yang gratis, air punya nilai dan harus terus kita jaga. Kita lihat juga konsepnya, kita lihat air ini bisa digunakan untuk lingkungan pemerintah dan industri, ini juga bisa menaikkan ekonomi suatu negara karena kita bisa memiliki sistem sendiri dalam mengolah air,” tuturnya menambahkan.
Ditambahkan Jepsen, dirinya bersama pihak Denmark akan mempertimbangkan setiap kemungkinan apakah sistem mereka dapat diterapkan di Citarum. Karena, kerjasama ini akan menjadi kerjasama jangka panjang.
“Kita sudah berdiskusi dengan partner dan belajar dari sini, kemudian kita kembali ke negara kita dan melihat apa yang bisa menarik perhatian untuk bisa mengembangkan sistem air di sini,” katanya.
“Kita punya banyak opsi solusi, bagaimana mengolah air, menyalurkan limbah aman, dan lainnya. Kita bisa melakukan kerja sama jangka panjang dan kita sangat tertarik dengan itu,” tutupnya.
Kerjasama itu pun disambut baik oleh Dansektor 7 Satgas Citarum Harum Kolonel Kav Purwadi. Purwadi menyampaikan, pengalaman Denmark mengatasi krisis air bersih dapat menjadi pelajaran bagi Indonesia.
“Hari ini kami menerima kunjungan dari Kedutaan Besar Denmark dalam rangka memperlihatkan proses pengolahan limbah di kawasan Citarum, saya sudah jelaskan panjang lebar atas proses ini. Karena di negara mereka, air sangat mahal, sangat berharga sekali. sehingga air bisa diproses ulang dan kembali digunakan,” ujar Purwadi.
“Dia akan investasi, beberapa negara dan wilayah sudah diinvestasi, dia punya teknologi limbah dan pengolahan sampah. Itu yang kita harapkan dari investasi mereka,” katanya menjelaskan.
sumber: detik.com