Indonesia Bisa Belajar Dari China Soal Pengelolaan Energi Bersih

Indonesia Bisa Belajar Dari China Soal Pengelolaan Energi Bersih

Pemerintah terus mendorong pemanfaatan energi baru dan terbarukan (EBT) atau energi bersih menjadi sumber pembangkit listrik nasional dan produksi BBM. Selain ramah lingkungan, jumlah energi terbarukan di Indonesia sangat melimpah ketimbang minyak dan batu bara yang terbatas.

Direktur Eksekutif Asosiasi Perusahaan Migas Nasional (Aspermigas) Moshe Rizal Husni memandang, pemanfaatan EBT memang perlu didorong secara masif saat ini agar ekonomis. Tapi pemerintah juga harus seimbang, energi fosil masih diperlukan di Indonesia untuk agar industri bergairah demi memacu pertumbuhan ekonomi.


“Jadi menurut saya harus balance antara EBT jangan sampai tertinggal dan energi fosil. Misalnya China, solar panelnya paling murah tapi di satu sisi mereka konsumen terbesar batu bara karena dibutuhkan untuk dorong pertumbuhan ekonomi, sebab batu bara energi murah,” kata dia dalam diskusi Tempo Energy Day 2020 secara virtual, Rabu (21/10).


Menurut dia, terbatasnya cadangan migas nasional saat ini bukan karena mau habis, apalagi ada wabah corona. Tapi seretnya aktivitas eksplorasi di dalam negeri. Investor ogah masuk karena ketidakpastian hukum di dalam negeri terkait industri migas.

Menurut dia, sejak pemerintah mengeluarkan UU Migas pada 2001, industri migas nasional bergejolak. Investor eksisting mengurangi kucuran dananya untuk cari cadangan minyak baru dan investor baru ogah masuk. Hingga kini, revisi UU Migas bahkan digantung oleh DPR hampir 10 tahun lamanya.


“Jadi penurunan produksi bukan karena COVID atau harga minyak turun. Padahal potensi migas masih besar, dari ratusan cekungan (basin), banyak yang belum disentuh,” katanya.

Jangan Sampai Nasib Industri EBT Seperti Migas Nasional

Sebagai pengusaha di sektor industri migas nasional, dia sepakat pengembangan energi baru dan terbarukan harus terus didorong. Dia bahkan berharap industri EBT jangan sampai mengalami ketidakpastian seperti industri migas nasional.

Dua sumber energi terbarukan yang potensial di Indonesia adalah panas bumi dan tenaga surya. Indonesia menduduki nomor satu di dunia sebagai negara yang memiliki cadangan panas bumi, tapi kapasitas terpasangnya kalah dari Amerika Serikat di urutan pertama.

“Kita harus belajar dari industri migas kenapa migas turun. Jangan sampai terjadi di industri EBT. Jadi apapun skema yang dibuat pemerintah, apapun itu, harus menarik dan berikan kepastian bagi investor EBT.

Kuncinya dari sisi harga dan kepastian. Kalau dua ini bisa ditawarkan dengan menarik, yakin banyak investor masuk Indonesia,” ujarnya.Jika pemerintah berhasil membuat aturan yang menarik bagi pengusaha, akan banyak lembaga pembiayaan yang menawarkan utang sebab saat ini dunia lebih senang memberikan pinjaman ke energi hijau.

“Ayo kita belajar dari migas, kenapa migas turun karena banyak ketidakpastian, pemerintah yang plin-plan, UU Migas 2001 keluar, ada turunannya, investor akhirnya hadapi pajak yang tadinya ditanggung pemerintah. Di situlah banyak perdebatan dan akhirnya investor mundur dan kurangi investasinya,” ujar dia.

sumber: kumparan.com

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s