
Jakarta – Mobil listrik berbasis baterai kini makin spesial usai terbitnya kebijakan kredit tanpa uang muka atau DP (Down Payment). Tapi Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) menilai harga mobil listrik saat ini belum ramah di kantong mayoritas masyarakat Indonesia. Lalu banderol pasnya berapa nih?
“Kita perlu ingat, pada saat ini dengan income per kapita USD 3.600 daya beli masyarakat kita ini ada pada kendaraan bermotor dengan harga Rp 250 juta ke bawah. Itulah (pasar) yang paling besar di Indonesia pada saat ini,” ujar Ketua I Gaikindo Jongkie Sugiarto dalam program Energy Corner CNBC Indonesia, Senin (05/10/2020).
Berkaca dari penjualan otomotif di Indonesia, harga Rp 250 juta ke bawah saat ini punya ragam model, mulai dari Low SUV, Low MPV, dan Low Cost Green Car (LCGC). Tak lupa di segmen itu juga menyediakan opsi kapasitas tujuh penumpang.
Sementara model Kendaraan Listrik Berbasis Baterai (KLBB) atau mobil listrik di Indonesia saat ini masih terbatas. Harganya pun dibanderol Rp 500 jutaan ke atas, misal Hyundai Ioniq, BMW i3s dan Tesla (importir umum).
“Dari 1,1 juta unit kendaraan yang dijual di Indonesia pada saat normal itu kurang lebih hampir 600 ribu bahkan lebih adalah kendaraan dengan harga jual di bawah Rp 250 juta. Kalau kendaraan listrik kita ini adanya di atas itu (Rp 250 juta) tentunya akan lebih sedikit jumlahnya dibanding yang 600 ribu unit,” kata Jongkie.
“Ini yang perlu kami catat dan disampaikan, bahwa daya beli masyarakat masih adanya di situ. Bagaimana sekarang ini bisa membuat satu kendaraan listrik yang harganya juga mendekati ke arah situ, sehingga masyarakat kita bisa dan sanggup membeli, dan mencicil tadi,” imbuhnya.
Jongkie menambahkan segmen dan strategi harga mobil listrik bakal berperan krusial dalam menumbuhkan permintaan di pasar Indonesia. Apalagi di Indonesia pangsa pasar paling besar adalah segmen kendaraan mobil multiguna.
“Daya beli masyarakat kita masih ada di kisaran Rp 250 juta ke bawah.”
“Yang ke atas itu (segmen pasar-Red) kecil, kalau harga jual daripada kendaraan listrik ini bisa ditekan turunkan sampai ke bawah, tentunya gayung bersambut (diterima mayoritas pasar-Red),” ungkap Jongkie.
Permasalahan utama untuk melebarkan pasar mobil listrik saat ini ialah harganya yang cukup tinggi, karena mahalnya komponen utama, yakni baterai. Jongkie menyebut bila dibandingkan dengan mobil bercetus api, harga mobil listrik lebih mahal bisa berkali-kali lipat. Solusinya, Indonesia harus memiliki industri baterai, serta memproduksi mobil listrik dengan menggunakan komponen dalam negeri yang besar.
“Dengan diproduksi dalam negeri, dengan menggunakan bahan baku kompponen dalam negeri, industri komponen kendaraan listrik makin banyak, diharapkan harga kendaraan listrik akan turun,” jelas Jongkie.
sumber: detik.com