Kala Para Bos Tambang Bicara Batu Bara Memasuki Era ‘Sunset’

A rotary dredge loads wagons with coal at Borodinsky opencast colliery, owned by the Siberian Coal Energy Company (SUEK), near the Siberian town of Borodino east of Krasnoyarsk, Russia February 26, 2019. Picture taken February 26, 2019. REUTERS/Ilya Naymushin

Jakarta, CNBC Indonesia – Pemerintah tengah mendorong transformasi energi dari berbasis fosil ke energi baru terbarukan (EBT) yang lebih ramah lingkungan. Ini artinya konsumsi batu bara ke depan menjadi komoditas yang bakal ditinggalkan. Apakah ini artinya senjakala bagi industri batu bara?

Melihat kondisi ini, Direktur Utama PT Bukit Asam Tbk (PTBA) Arviyan Arifin mengatakan, jika kegiatan industri batu bara hanya menggali, mengangkut, dan menjual saja, bisa dipastikan transisi energi ini menjadi senjakala bagi industri batu bara. Negara-negara maju di Eropa bahkan sudah mulai meninggalkan batu bara.

“Batu bara sudah ‘sunset’ karena negara maju Eropa, Jepang, dan China batasi batu bara untuk pembangkit listrik,” ungkapnya di acara ‘Coalaboration 31 years of contributing to the nation‘ yang diselenggarakan Asosiasi Pertambangan Batu Bara Indonesia (APBI) secara daring pada Rabu (30/09/2020).

Lebih lanjut dia mengatakan, langkah yang bisa diambil oleh industri batu bara agar tidak masuk ke dalam ‘sunset’ industri adalah melalui hilirisasi dan terus mengembangkan penemuan baru di industri hilir. Pembicaraan mengenai hilirisasi menurutnya sudah ada sejak 20 tahun lalu, meski demikian kini kondisinya sudah berbeda karena banyak perkembangan.

“Tahun lalu saya ke China, saya melihat sendiri majunya hilirisasi batu bara, avtur mereka dari batu bara, lalu bisa dibuat aluminium, saya kaget. China seberhasil itu karena ada political will (kemauan politik),” jelasnya.

Seperti diketahui, PTBA kini sedang menjalankan proyek hilirisasi batu bara di Tanjung Enim, Sumatera Selatan. Proyek hilirisasi perseroan itu yakni proyek gasifikasi batu bara seperti pengembangan Dimethyl Ether (DME) yang nantinya akan menggantikan Liquified Petroleum Gas (LPG).

“Mudah-mudahan kita mulai awal tahun depan dan tiga tahun ke depan akan ada DME sebagai pengganti substitusi LPG yang sudah established (terbangun) karena bisa menggantikan impor gas (LPG) dan sebagainya. Kita punya keyakinan itu, terbukti pemerintah berikan insentif fiskal dan non fiskal pada usulan itu,” paparnya.

Dewan Penasehat Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia (Perhapi) Jeffrey Mulyono mengatakan industri pertambangan harus lebih memperhatikan masyarakat di sekitarnya. Memperhatikan masyarakat sekitar bukan berarti mempekerjakan masyarakat di dalam pertambangan, namun bagaimana perusahaan tambang turut membantu dan mengembangkan perekonomian warga sekitar tambang dengan adanya pertambangan.

“Mereka menjadi mandiri, menjadi berkembang ke pasar lain. Inilah yang harus di bawa industri batu bara,” kata Jeffrey.

Presiden Direktur PT Adaro Energy Garibaldi Thohir menyebut insan batu bara ke depan harus terus memajukan Indonesia, terutama karena kontribusinya cukup besar untuk penerimaan negara bukan pajak (PNBP) yakni Rp 46-50 triliun per tahun. Meski demikian, menurutnya perusahaan tambang tidak boleh melupakan keberadaan masyarakat sekitar.

“Saya sangat concern dan fokus berikan program pengembangan masyarakat. Banyak sekali yang sudah kami lakukan dan kami sharing,” tuturnya.

sumber: cnbcindonesia.com

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s