
JAKARTA – Indonesia disebut tengah mendorong optimalisasi penggunaan sumber energi domestik untuk pembangunan pembangkit listrik. Salah satunya adalah mendorong penggunaan energi terbarukan untuk menggantikan pembangkit listrik tenaga diesel atau PLTD.
Total kapasitas pembangkit listrik bertenaga diesel yang dikonversi itu mencapai 2 GW di lebih dari 2.000 lokasi di seluruh negeri.
Hal tersebut diungkapkan Menteri ESDM Arifin Tasrif saat menghadiri The 11th Clean Energy Ministerial Meeting atau CEM 11 and The 5th Mission Innovation (MI-5) yang digelar secara virtual, Selasa (22/9).
Optimalissi penggunaan sumber energi domestik tersebut, lanjut Arifin, merupakan langkah strategis pemanfaatan energi bersih yang telah dilakukan Indonesia.
“Kami memiliki potensi energi terbarukan yang besar, mencapai 400 GW. Sangat penting bagi kami untuk mengatur suplai dan sistem pemanfaatan energi tersebut. Kami melakukan langkah-langkah strategis dalam mengatur (pemanfaatan) energi ini,” ujar Arifin dalam keterangan tertulisnya, Rabu (23/9).
PLN, disebut Arifin, telah meluncurkan program konversi dari pembangkit listrik bertenaga diesel menjadi energi terbarukan.
Selain konversi PLTD, langkah lain yang dilakukan untuk memanfaatkan energi bersih adalah efisiensi energi, baik di sisi suplai maupun demand atau permintaan. Efisiensi dilakukan dengan mendorong implementasi target efisiensi energi pada gedung dan industri.
Arifin menyebut, Indonesia telah mengoptimalkan penggunaan energi terbarukan untuk meningkatkan rasio elektrifikasi dari 84,3% menjadi 98,8%. Khususnya untuk mendukung program elektrifikasi di daerah terluar dan terpencil.
“Saat ini kami sedang membangun Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Terapung terbesar di Waduk Cirata, Jawa Barat, dengan kapasitas 145 Megawatt (MW). Proyek ini akan meningkatkan bauran energi di sistem kelistrikan Jawa-Bali secara signifikan,” jelasnya.
Perlu diketahui, Kementerian ESDM mengabarkan, daya mampu pasok sistem kelistrikan Jawa-Bali per 9 September 2020, tersedia 31.767 MW. Sistem tenaga listrik wilayah itu memiliki beban puncak 26.253 MW dengan reserve margin sebesar 21%. Beban terbanyak berada pada regional Jawa Bagian Barat.
Clean Coal Technology
Dalam kesempatan tersebut, Arifin menyebutkan Indonesia juga tengah mengembangkan terobosan dalam mengurangi emisi dari pembangkit listrik dengan sumber energi batu bara.
“Kami juga mendorong penggunaan clean coal technology dan biomass co-firing with coal untuk mengurangi emisi,” imbuhnya.
Ia menuturkan bahwa Indonesia memiliki sumber biomassa yang sangat besar, yakni dari hutan, pertanian, dan sampah, yang menurutnya penting digunakan sebagai energi alternatif pengganti sumber energi fosil.
Di sisi lain, pemerintah juga secara bertahap mengurangi penggunaan sumber energi fosil dengan mengembangkan biofuel yakni biodiesel. Serta membangun green refinery untuk memaksimalkan potensi sawit yang dimiliki.
Arifin juga menegaskan, bersama negara anggota CEM, Indonesia siap untuk berpartisipasi dalam Biofuture Platform Initiative in Accelerating the Transition to a Sustainable Low-Carbon Bioeconomy. Dengan mendorong penggunaan potensi bioenergi di Indonesia.
Guna mendukung komitmen global dalam mengurangi emisi, Indonesia telah menetapkan target 23% energi terbarukan dalam bauran energi Indonesia tahun 2025. Indonesia juga berkomitmen untuk mengurangi emisi hingga 29% pada 2030 dan 41% sesuai dengan skenario mitigasi.
“Untuk mencapai target yang ambisius tersebut, Pemerintah Indonesia membutuhkan dukungan dan bantuan dari rekan-rekan di seluruh dunia,” ujarnya.
Di saat bersamaan, Arifin menegaskan bahwa Indonesia tengah mempersiapkan kebijakan tarif yang menarik bagi sumber energi dari energi terbarukan untuk meningkatkan investasi energi terbarukan. Serta melakukan program Government Drilling untuk membantu pengembang dalam melakukan eksplorasi panas bumi.
Kementerian ESDM memproyeksikan hingga lima tahun mendatang biaya investasi peningkatan pembangkit EBT mencapai US$36,95 miliar.
Rinciannya nilai investasi tersebut terdiri dari PLT Panas Bumi sebesar US$17,45 miliar, PLT Air senilai US$14,58 miliar, serta PLT Surya dan PLT Bayu senilai US$1,69 miliar. Kemudian PLT Sampah senilai US$1,6 miliar, PLT Bioenergi senilai US$1,37 miliar, dan PLT Hybrid US$0,26 miliar.
Sebagai penutup, Arifin menegaskan bahwa Indonesia berkomitmen untuk berkolaborasi secara global untuk mendukung pemulihan ekonomi dunia. Sebab ia menilai, pandemi covid-19 dapat menjadi momentum semua negara untuk mempromosikan energi bersih, energi terbarukan, dan efisiensi energi.
“Indonesia sangat mengapresiasi kerja sama dengan anggota CEM. Kami berkomitmen untuk berkolaborasi dalam mendukung pemulihan ekonomi, meredakan dampak pandemi, dan mempercepat transisi energi bersih secara global,” pungkasnya. (Zsazya Senorita)
sumber: validnews.id