
Jakarta, CNN Indonesia — Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo mengatakan terjadi anomali atau keganjilan bencana di Indonesia akibat perubahan iklim yang cukup drastis.
“Ada anomali yang sekarang sedang kita hadapi,” kata Doni dalam rapat kerja bersama Komisi VIII DPR RI di Kompleks Parlemen, Selasa (22/9).
Doni mencontohkan, salah satu anomali yang terjadi yakni bencana kebakaran hutan dan lahan. Menurut dia, BNPB belum menemukan kebakaran hutan dan lahan yang cukup besar pada September ini.
Sementara kebakaran hutan dan lahan terjadi di beberapa wilayah Indonesia pada periode yang sama tahun lalu. Asap yang ditimbulkan akibat kebakaran hutan saat itu sempat diprotes Singapura dan Malaysia yang ikut terdampak.
“Tahun lalu kita menghadapi kebakaran hutan dan lahan yang luar biasa. Bahkan asap kita melintasi Selat Malaka dan menyentuh Singapura dan Malaysia. Tapi yang terjadi kali ini, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Barat masih hujan,” ujar Doni.
Menurut Doni, anomali juga terjadi di wilayah DKI Jakarta. Data menunjukan kualitas udara di ibu kota saat ini relatif cukup baik dibandingkan dengan September tahun lalu.
Doni mengatakan, pandemi covid-19 yang memaksa masyarakat berkegiatan di rumah cukup membantu memperbaiki kualitas udara di Jakarta. Di sisi lain, anomali perubahan cuaca juga menjadi salah satu faktor pendukung.
“September tahun lalu, di Jakarta kita mencatat data tentang kualitas udara yang kurang bagus karena polusi. Tapi hari ini (lebih baik), salah satunya karena faktor pandemi, temperatur kendaraan kurang,” ujarnya.
“Tapi adalah (penyebab) curah hujan. Kita saksikan kemarin mulai dari siang sampai sore hujan, bahkan beberapa tempat kebanjiran,” kata Doni menambahkan.”September tahun lalu, di Jakarta kita mencatat data tentang kualitas udara yang kurang bagus karena polusi. Tapi hari ini (lebih baik), salah satunya karena faktor pandemi, temperatur kendaraan kurang,” ujarnya.
Doni melanjutkan, dari awal tahun hingga 21 September 2020 BNPB mencatat ada sekitar 2.067 bencana yang terjadi di Indonesia. Mayoritas merupakan bencana hidrometeorologi dengan jumlah terbanyak banjir disusul puting beliung dan tanah longsor.
“Bencana juga telah menimbulkan penduduk yang terdampak, pengungsi mencapai 4,2 juta jiwa, 283 jiwa meninggal dunia, serta 427 luka-luka,” tuturnya.
Doni mengimbau agar daerah yang berstatus rawan dan memiliki potensi ancaman bencana hidrometeorologi mempersiapkan diri semaksimal mungkin.
“Untuk mempersiapkan diri lebih siap lagi, supaya bisa mengurangi risiko, dan mengurangi kerugian harta benda termasuk kerugian korban jiwa,” pungkas Doni.
sumber: cnnindonesia.com