
Jakarta, CNBC Indonesia – Indonesia membutuhkan transisi energi untuk melepaskan ketergantungan energi fosil. Hal ini bisa dilakukan mengingat cadangan energi terbarukan Indonesia cukup besar.
Executive Director of the ASEAN Centre for Energy (ACE) Nuki Agya Utama mengatakan agar terlepas dari ketergantungan energi fosil tersebut, Indonesia perlu menciptakan pasar energi baru terbarukan, mengingat cadangan energi baru terbarukan Indonesia terbilang besar.
“Dan ini bisa menjadi capture market yang khusus, suplai energi jelas, sekuriti dan kestabilan harga bisa dikontrol,” ujarnya dalam Sarasehan Virtual 100 Ekonom bertema “Transformasi Ekonomi Indonesia Menuju Negara Maju dan Berdaya Saing” yang ditayangkan CNBC Indonesia, Selasa (15/09/2020).
Menanggapi hal ini, Juru Kampanye Iklim dan Energi Greenpeace Asia Tenggara Tata Mustasya mengatakan, transformasi ekonomi erat kaitannya dengan Sumber Daya Alam (SDA).
“Ketika (saat ini) melihat bahwa pertumbuhan ekonomi itu sebagai trade off atau pengorbanan dari lingkungan hidup, tapi kenyataan ke depan harus bisa melihat bahwa keberlanjutan lingkungan merupakan kekuatan ekonomi, bukan merupakan lawan,” ujarnya.
Kedua, dia mengatakan pentingnya bagaimana memulai merencanakan kegiatan ekonomi tapi tidak merusak SDA, terutama bagi kehidupan sosial dan lingkungan. Menurutnya, dua hal itu harus bisa mengubah pola pikir.
“Melihat emisi sektor energi yang harus dilakukan, kita sebenarnya harus optimis. Kita harus beralih dari energi fosil ke energi bersih dan terbarukan,” ujarnya.
Dia menyebut, salah satu sumber energi terbarukan dengan sumberdaya yang paling besar yaitu matahari. Dia mencatat Indonesia memiliki potensi 200 Giga Watt.
“Ini paling besar dan baru dimanfaatkan 0,12 GW, 1/2000, sangat kecil,” pungkasnya.
Berdasarkan data Kementerian ESDM, Indonesia memiliki potensi sumber energi baru terbarukan hingga 417,8 Giga Watt (GW), sedangkan yang baru dimanfaatkan baru sebesar 10,4 GW atau 2,5% dari potensi yang ada.
Dari potensi sumber daya tersebut, potensi energi matahari mencapai 207,8 GW, namun yang baru dikembangkan baru sekitar 150,2 Mega Watt Peak (MWp) atau baru 0,07%.
sumber: cnbcindonesia.com