Cerita Pendiri Zero Waste Indonesia Jalani Gaya Hidup Nol Sampah

Maurilla Sophianti Imron

Jakarta – Zero waste adalah gaya hidup untuk meminimalisasi produksi sampah yang akan berakhir di tempat pembuangan akhir (TPA) dalam upaya menjaga kelestarian lingkungan. Gaya hidup zero waste menantang manusia untuk mengevaluasi diri dan melihat bagaimana sesuatu yang mereka konsumsi bisa berdampak negatif terhadap lingkungan.
Maurilla Sophianti Imron termasuk mereka yang sudah menantang dirinya untuk menjalani gaya hidup zero waste ini. Maurilla yang merupakan pendiri dan head of digital activation Zero Waste Indonesia (ZWID), mengadopsi gaya hidup minim sampah, setelah pada 2017 melihat sebuah video yang membuatnya tersadar betapa manusia sudah membuat laut begitu tercemar.

“Aku menjalankan hidup minim sampah di akhir 2017. Pemicunya sebuah video di Nusa Penida, Bali. Ada satu divers asal Inggris yang video-in perjalanan dia di bawah laut. Yang harusnya ada biota laut yang cantik terumbu karang dan ikan. Ternyata isinya full plastik bekas, sampah kita. Jadi memang ada penelitian yang mengatakan sampah yang ada di laut semuanya berasal dari darat. Bukan kita membuang sampah di laut. Tapi membuang sampah pada tempatnya itu pun bisa berakhir di laut,” ungkapnya saat diwawancara Wolipop, Jumat (11/9/2020).

Mauril yang kini tinggal di Bali ini kemudian menginisiasi gerakan zero waste pada akhir 2017. Dan dia membuat situs Zero Waste Indonesia pada April 2018 sebagai platform untuk membahas gaya hidup zero waste.

“Pada saat itu belum ada platform yang membahas. Padahal yang dibutuhkan itu ke orang Indonesia. Agar orang lain merasa tidak sendiri, ada support system dan semua orang bisa akses,” ujarnya dengan ramah.

Mauril menyebut Zero Waste Indonesia sebagai one-stop-solution platform dan payung informasi mengenai gaya hidup minim sampah di nusantara. Gerakan yang diinisiasinya itu juga menjadi wadah berkumpulnya para individu, aktivis lingkungan, komunitas, dan semua pihak yang peduli akan kelestarian lingkungan hidup.

“Harapannya menjadi rumah baru yang ingin mencari tahu hidup minim sampah. Kita juga memberikan alternatif produk yang bisa digunakan selain plastik dan kolaborasi dengan berbagai pihak,” terangnya.

Setiap tahunnya, Mauril bersama Zero Waste Indonesia mengangkat berbagai isu lingkungan untuk dikampanyekan. Pada 2018, isu yang diangkatnya adalah mengenai penggunaan plastik sekali pakai, 2019 soal limbah tekstil dan di 2020 mengenai sampah makanan.

Praktek Zero Waste Dalam Kehidupan Sehari-hari

Sebagai pendiri Zero Waste Indonesia, Mauril pastinya menjalani gaya hidup yang menolkan sampah. Untuk mengurangi sampah, anak bungsu dari empat bersaudara ini melakukan 6 R yaitu Rethink, Refuse, Reuse, Reduce, Recycle, dan Rot.

“Rethink itu bagaimana kita untuk bijak konsumsi dan tidak ada kata implusif. Refuse, menolah apa yang tidak aku perlukan. Reduce, menghemat air dan bijak dengan segala yang kita gunakan. Reuse, itu menggunakan kembali apa yang bisa kita pakai kembali. Jadi tidak gampang membuang sesuatu dengan mudah. Dipikirkan dulu apakah bisa dipakai. Recycle setelah bijak hasilnya nanti kita daur ulang ke bank sampah. Kemudian aku juga mengompos bahan organik,” katanya.

Mauril yang memiliki anak berusia 10 bulan itu dalam kesehariannya juga tidak memakaikan buah hatinya popok sekali pakai. Wanita 29 tahun itu mengganti popok sekali pakai dengan cloth diapers (clodi) atau popok modern yang bisa menampung banyak cairan.

“Aku sadar bahwa diapers juga merupakan sampah yang sulit terurai. Untuk anakku, aku menggunakan cloth diapers. Mengganti tisu basah dengan lap. Aku juga tidak pakai tisu di rumah, diganti dengan handuk atau lap,” ujarnya.

Selain itu Mauril juga tak menggunakan pembalut sekali pakai. “Jadi banyak banget sebenarnya kita tinggal pilih. Kalau mau dilakukan semua ayuk. Tapi kalau misalnya satu per satu ya udah nggak papa. Biasakan yang paling mudah,” sarannya bagi siapapun yang ingin mencoba gaya hidup zero waste.

Agar kebiasaan hidup minim sampah bisa menular, Mauril berharap setiap individu bisa bertanya pada diri sendiri. “Kita mau meninggalkan apa saat nanti kita sudah tidak ada di dunia? Kita mau meninggalkan hasil dari sampah yang bisa kita hasilkan selama hidup? Apakah kita bisa meninggalkan bumi dengan kondisi yang lebih baik,” pungkas wanita yang juga memiliki channel YouTube dengan subscriber lebih dari 34 ribu itu.

sumber: detik.com

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s