Dalam pengembangan energi terbarukan, ada hal yang penting selain pengembangan pembangkit listrik energi terbarukan dan mobil listrik, yaitu baterai.
Baterai sendiri sangat penting untuk menampung energi listrik yang dihasilkan sehingga nantinya dapat digunakan oleh mobil listrik dan lainnya.
Namun, ada masalah lain dari penggunaan baterai yaitu adanya ancaman bagi lingkungan. Hal ini dapat terjadi karena kandungan bahan kimia dan lainnya ada di baterai.
Saat ini, ada 2 jenis baterai yang umum digunakan yaitu baterai lithium-ion dan baterai asam timbal. Lalu jenis baterai manakah yang lebih baik bagi lingkungan?
Inilah penjelasannya!
Baterai Asam Timbal
Baterai asam timbal sendiri memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya adalah 99% baterai asam timbal sendiri dapat didaur ulang lagi.
Namun tetap saja baterai asam timbal memiliki dampak buruk karena timbal sendiri adalah zat jenis logam berat yang dapat meracuni lingkungan. Hal ini pun dapat mengakibatkan kerusakan pada otak anak-anak yang masih berkembang.
Walaupun baterai asam timbal dapat didaur ulang, tetap saja baterai ini dapat merusak lingkungan karena berbagai negara biasanya tidak menganggap serius proses daur ulang baterai jenis ini, bahkan di negara maju sekalipun.
Berdasarkan laporan WHO, masalah pencemaran yang disebabkan oleh daur ulang baterai asam timbal ini terjadi di berbagai negara seperti Senegal, Vietnam, dan Republik Dominika.
Baterai Lithium-ion
Baterai lithium ion tidak begitu bisa didaur ulang. Menurut laporan, hanya ada 5 % baterai lithium-ion yang dapat didaur ulang. Namun, angka ini masih diperdebatkan oleh banyak pihak.
Selain itu, baterai lithium-ion juga menjadi baterai yang paling banyak dipakai di berbagai alat elektronik yang biasa dipakai oleh masyarakat.
Walaupun begitu, baterai lithium-ion memiliki kelebihan karena lithium sendiri bukanlah jenis logam berat sehingga tidak begitu berbahaya bagi lingkungan.
Namun, tetap saja baterai lithium-ion dapat menyebabkan pencemaran lingkungan karena baterai ini mengandung kobalt, mangan, dan nikel yang merupakan jenis logam berat.
Selain itu, penambangan bahan-bahan tersebut menimbulkan kerusakan lingkungan dan berhubungan dengan perbudakan anak dalam penambangan kobalt di Kongo.
Oleh karena itu, sekarang Panasonic dan Tesla sedang mencoba untuk mengembangkan baterai lithium-ion tanpa kobalt.
Tidak hanya itu, 11 juta metric ton baterai lithium ion penggunaannya diharapkan dapat berakhir.
Jadi, pada intinya kedua jenis baterai ini sama-sama buruk bagi lingkungan sehingga para ilmuwan perlu mengembangkan baterai jenis baru yang ramah lingkungan.